;

sMOKING nO

Pasang Disini
zwani.com
Dynamic Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Senin, 15 Juni 2009

Lengkingan Nandong di Negeri Dewata


LENGKINGAN nada tinggi Nandong memenuhi ruangan Lantai 10 Hotel Inna Grand Bali Beach Sanur, Bali, pada 28 Juni 2009. Penonton yang terdiri dari beberapa kalangan, termasuk sejumlah orang asing tampak terkesima menikmati ‘teriakan nada-nada sayatan’ Nandong yang dimainkan seniman berbakat asal Simeulue, Yoppi Andri.

Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar yang duduk di jejeran depan tampak tekun menikmati syair Nandong dalam bahasa Simeulue. Meski tidak paham benar artinya, tapi ia mengaku dapat menangkap ‘jeritan’ anak-anak pulau. “Rasanya seluruh Aceh, nadanya memiliki kemiripan. Mulai dari pesisir, wilayah kepulauan dan dataran tinggi. Napasnya satu aliran,” kata Nazar yang datang bersama istri ke hotel tertinggi di Bali itu dalam rangka peluncuran buku; Nandong, Seni Tradisional Simeulue yang juga ditulis Yoppi Andri.

Yoppi memainkan nomor Nandong begitu sempurna. Meski di beberapa bagian, ia tampak kerepotan karena harus memainkan sendiri sejumlah perangkat musik, seperti kendang, biola, seurune kale dan keybod. Pertunjukan Yoppi yang berlangsung hampir satu jam itu sebagai bagian dari gerakan ‘Nusantara Berkisah’. Ia dibantu seorang pemetik gitar akustik dan dua penabuh perkusi--yang diakui Yoppi--baru dilatih.

Nandong, adalah salah satu sastra tutur yang sangat dihayati masyarakat Simeulue sejak beratus-ratus tahun. Kesenian kharismatis ini masih tetap dihayati sampai sekarang. Seperti lazimnnya kesenian tradisional lain, syair-syair Nandong memuat kisah-kisah yang menyiratkan kedekatan manusia dengan alam. Salah satu syair (pantun) Nandong yang terkenal berkisah tentang smong, atau tsunami, yaitu sebuah fenomena alam berupa gempa dahsyat yang diikuti terjangan gelombang laut.

Pada peristiwa tsunami 26 Desember 2004, masyarakat Simeulue langsung menuju kawasan-kawasan perbukitan dan tempat tinggi tatkala terjadi gempa yang disusul laut surut. Berbeda dengan masyarakat di kawasan pesisir Aceh lainnya yang justru memungut ikan-ikan terdampar ketika laut surut. Sama sekali tidak pernah disadari bahwa ketika laut surut itu pula bencana dahsyat sedang dimulai.

Di Simeulue, menurut Yoppi Andri hanya beberapa orang saja yang jadi korban, berkat pengetahuan mereka mengenai karakteristik smong yang dituturkan melalui kesenian Nandong. Syair (pantun) itu berbunyi; jika gempanya kuat/disusul air yang surut/segera carilah tempat/dataran tinggi agar selamat//itulah smong namanya/sejarah nenek moyang kita/ingatlah ini semua/pesan dan nasehatnya//tsunami itu air mandimu/gempa ayunanmu/petir kendang-kendangmu/halilintar lampu-lampumu//.

Nandong merupakan pertunjukan yang melibatkan beberapa orang, terdiri dari seorang pemain biola dan beberapa pemain kendang. Nyanyian dilantunkan dengan syair berbentuk seloka, syair berkait yang disebut Nandong. Tapi Nandong bisa juga dimainkan secara solo, sambil duduk di lepo rumah atau di tempat mana saja sambil mengenang perjuangan hidup atau suratan takdir.

Pada pertunjukan malam itu, Yoppi melengkapi penampilannya dengan memainkan nomor ‘Bangkit Aceh’ yang menggunakan beberapa bahasa, Simeulue, Aceh, Indonesia, dan Jawa. Lagu ini diciptakan Yoppi untuk menyikapi kebangkitan kembali Aceh setelah terjangan tsunami. Wagub Muhammad Nazar dan penonton yang menyaksikan pertunjukan Nandong Yoppi malam itu mengaku surprise bahwa tanah Aceh ternyata sangat kaya dengan sumber daya seni yang bermutu. “Saya kira kita harus memberi apresiasi yang tinggi kepada Yoppi,” ujar Muhammad Nazar seusai pertunjukan. Wagub sendiri datang ke acara tersebut khusus untuk menyampaikan pidato dan meluncurkan buku yang ditulis Yoppi.

***

Lahir di Simeulue, 1973, Yoppi Andri salah seorang seniman terpenting daerah itu. Menguasai sejumlah alat musik dengan baik. Sejak 1999, Yoppi berkelana dari satu daerah ke daerah lain di Indonesia untuk memperkenalkan kearifan lokal Simeulue melalui jalur kesenian. Bali dipilih sebagai tempat peluncuran buku dan pertunjukan Nandong malam itu, karena Bali merupakan etalase dunia. “Dengan begitu Simeulue akan lebih mudah diingat oleh banyak orang,” kata Yoppi.

Ada rasa galau dalam diri Yoppi manakala nama Simeulue kurang berkibar dalam pergaulan Nusantara. Ternyata masyarakat luar tak banyak yang tahu Simeulue. “Ketika tsunami di Aceh, Simeulue tidak banyak dibincangkan. Seolah tenggelam begitu saja,” katanya, masygul. Berkat ketekunan dan perjuangan pantang menyerah, Yoppi akhirnya berhasil mengharumkan nama Simeulue di beberapa tempat di Tanah Air melalui serangkaian pertunjukan yang digagasnya bersama lembaga Falara, organisasi swadaya yang dipimpin dan dibentuk Yoppi. Dia pula yang menggagasi festival Nandong di Siemulue dan mempopulerkannya di berbagai tempat.

Sedianya, pada malam itu, Yoppi didukung dua seniman Nandong dari Siemulue. Tapi, tanpa alasan jelas, kedua seniman tersebut akhirnya pulang meninggalkan Bali. “Tapi pertunjukan ini tak boleh surut, dan Alhamdulillah Bapak Nazar bersedia hadir. Ini sebuah penghargaan besar bagi saya,” kata Yoppi. Pertunjukan yang dikemas dalam paket ‘Nusantara Berkisah’ tersebut dimeriahkan pula oleh pertunjukan kelompok musikalisasi puisi Deavies Sanggar Matahari. Kelompok anak bersaudara kandung ini membawakan musikalisasi puisi bertema Aceh.(fikar w.eda)

0 komentar:

Posting Komentar

Mr. Rahmat Costarika © 2008 Template by:
SkinCorner